Semua orang pasti pernah melakukan kesalahan. Sebesar atau sekecil apapun itu tetap saja sebuah kesalahan. Tidak selamanya kok orang yang pernah salah akan tetap salah. Hanya saja, budaya masyarakat kebanyakan, sekali salah, ya selamanya akan tetap dipersalahkan, tidak peduli ada berapa kebaikan yang mungkin sudah dilakukan. Wajar. Sekarang kita belajar untuk mewajarkan dan memaklumi hal-hal seperti itu. Karena kembali lagi, pemahaman dan kepekaan hati setiap manusia berbeda-beda. Itulah yang mungkin membuat seimbang alam semesta ini. Karena manusia diciptakan seperti kedua sisi mata uang. Berbeda, tetapi tetap satu.
Be a gentle. Akuilah jika memang berbuat salah. Bukan melempar kesalahan pada orang lain, atau membuat seakan-akan orang lain yang salah. Ada Tuhan Yang Tidak Pernah Tidur teman. Ada Tuhan Yang Maha Mengetahui apapun yang kau sembunyikan di dalam hatimu.
Ada saat kita untuk mengakui, ada saat kita untuk membela diri, ada saat kita untuk diam, mendengarkan semua hujataan dan prasangka. Satu kalimat dari Umi Pipik Dian Irawati, kurang lebihnya saya mohon maaf, "Saya tidak takut nama saya menjadi jelek, toh itu adalah ciptaan manusia." Kemudian saya berpikir, benar juga, dan ciptaan manusia tidak ada yang kekal. Saya yakin, Tuhan Maha Pengampun asal kita benar-benar melakukan pertobatan, dan saya yakin, Tuhan yang lebih kekal dalam menjaga nama kita asal kitapun juga menjaga-Nya dalam hati kita.
Belajarlah menerima kesalahan. Sebesar apapun itu. Toh mengakui kesalahan tidak membuat kita rendah. Ada sebuah cerita yang bisa kita ambil hikmahnya bersama.
Beberapa hari yang lalu, saya mendapat telpon dari salah seorang pelanggan saya. Kebetulan dia kakak mantan saya. Saya sudah menganggapnya seperti kakak saya. Masalah buking tiket. Saya masih dengan senang hati membantu. Karena saya pikir, apa salahnya masih melayani pelanggan saya. Toh, saya juga tidak bekerja di tempat lain. Dia mengatakan sudah telpon ke agen, dan sudah diberi nomor seat. Hanya saja, dia merasa sedikit janggal, dia minta seat armada dimana seat double itu B dan C. Tapi dia malah diberi seat double, A dan B. Tidak seperti yang diinginkan. Sebetulnya dia meminta single seat. Tapi agen mengatakan penuh. Lalu saya meminta bantuan teman baik saya untuk mengecek bukingan tersebut, dan saya sempat kaget ketika teman saya mengatakan bahwa pada tanggal tersebut, armada yang dimaksud masih dalam keadaan kosong. Padahal tadi kakak saya bilang, dari pihak agen mengatakan sudah penuh seat yang single. Oke, saya cukup tau saja. Kemudian saya buking single seat sesuai permintaan kakak saya. Ketika saya hendak membatalkan bukingan tiket yang semula dipesan kakak saya, bukingan itu ternyata tidak ada, dan salah masuk ke tanggal lainnya. Oke. Baiklah. Saya kemudian menjelaskan kepada kakak saya, bahwa ada salah pengertian antara kakak saya, dan pihak agen. Win-win solution, tidak ada yang merasa dipersalahkan di pihak manapun.
Salah pengertian juga terjadi tadi malam. Adik saya, bukan adik kandung, tapi saya sudah menganggapnya adik, memesan tiket untuk dua orang. Saya meminta tolong teman baik saya untuk membukingkan lagi. Hot seat no. 3 dan 4. Ternyata, pada hari Sabtu, teman adik saya itu sudah membatalkan ke pihak agen. Kemudian, pesan seat lagi, dan diberi no. 6. Tapi karena sesuatu hal, bukingan itu mungkin lupa dibatalkan oleh pihak agen. Dan pagi hari sebelum malam keberangkatan, adik saya juga sudah konfirmasi pembatalan tiket ke pihak agen. Tetapi, pada malam keberangkatan, seat no. 4 masih tercantum di daftar penumpang. Oke. Baiklah. Saya tetap akan membayar bukingan tiket saya tersebut. Bukan saya merasa sok kaya. Tapi itu adalah bentuk tanggung jawab saya. Hanya saja, kemudian semua itu menjadi sebuah masalah. Pihak agen tidak berkenan kalau saya masih ikut campur dalam hal buking tiket dan kemudian mungkin sedikit marah pada teman baik saya yang selalu membantu saya. Saya hanya bisa tersenyum. Astagaa, apalagi ini.:-)
Baik, saya salah, mungkin tidak seharusnya saya masih memberi pelayanan ke semua pelanggan saya. Karena masih ada pihak agen, mereka lebih berwenang. Saya salah, karena bukingan tiket tersebut langsung saya konfirm pada teman saya. Dan mungkin sekarang, saya harus benar-benar tidak ikut campur dalam hal pembukingan tiket seperti sedia kala. Karena pertama, saya bukan karyawan lagi, kedua, ada agen yang lebih berwenang. Saya tidak mau ada prasangka, saya menyerobot pekerjaan mereka, toh saya juga tidak dibayar untuk itu, saya dengan senang hati melakukannya. Cuma jika apa yang saya lakukan tidak berkenan, yasudah, toh saya juga tidak rugi jika tidak memberi pelayanan yang baik pada pelanggan saya.
Hanya saja, jika saya boleh diijinkan membela diri saya. Saya tidak merugikan perusahaan, saya hanya ingin menjaga hubungan yang baik antara saya, pelanggan, dan perusahaan. Saya hanya ingin tetap memberi kenyamaan pada para pelanggan saya. Sudah itu saja. Saya hanya ingin melayani sebisa saya. Toh saya juga mau bertanggung jawab jika ada kesalahan seperti yang saya ceritakan diatas. Hanya saja, yang saya harapkan, semoga dari pihak agen juga mau memperbaiki apa yang mungkin menjadi kesalahan. Setidaknya meminimalisir kesalahan yang ada. Saya tahu bagaimana sistem kerja disana, saya memaklumi. Hanya saja bukanlah semuanya bisa diminimalisir. Saya berharap semoga pelayanan kedepannya akan menjadi lebih baik. Bersikaplah fair terhadap semua pelanggan. Jika memang seat depan masih tersisa, tawarkanlah, layanilah dengan suka cita, tanpa peduli pelanggan tersebut menyebalkan, tidak menyenangkan, atau apalah. Mood memang sangat berpengaruh dalam pekerjaan. Hanya saja, mari kita sama-sama belajar menetralisir keadaan. Agar setidaknya kesalahan yang tidak perlu tidak terulang lagi. Teman adik saya dan adik saya sendiri sudah konfirmasi pembatalan tiket, 2 orang sudah konfirmasi pembatalan tiket, tapi tetap saja daftarnya masih tercantum. Padahal itu tiket LGS atau bayar langsung. Dan sudah jelas itu double buking. Posisi armada juga tidak penuh. Mungkin peraturan perusahaan sudah berbeda sehingga tidak yang sudah dikonfirm tidak bisa dibatalkan. Baiklah, kita harus mengikuti aturan yang berlaku sekarang. Saya tidak bermaksud untuk menggurui, menyalahkan, atau sok merasa pintar. Saya hanya ingin berbagi pengalaman. Berbagi kesalahan, agar semua yang pernah membaca postingan saya ini tidak melakukan kesalahan yang sama dengan apa yang saya lakukan. Bukalah hati dan pikiran ketika menerima kritikan. Selama kritikan itu membangun, dan tidak menjatuhkan kenapa tidak. Tapi jika apa yang saya bicarakan mungkin menyakiti hati atau tidak begitu penting untuk diresapi, saya mohon maaf, dan silakan abaikanlah. Persaingan semakin ketat teman, banyak perusahan berlomba-lomba memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya.
Jangan merasa rendah diri karena pernah berbuat salah. Salah itu penting juga agar kita belajar menjadi pemberani untuk mengakui, pemaaf untuk diri sendiri, dan belajar untuk bangkit lebih baik lagi.
Salaam..