Tuesday, February 25, 2014

CompLicatEd

Kita tidak pernah menduga apa yang Tuhan rencanakan untuk kita. Menerka, apa yang akan terjadi 5 menit kemudian saja, sepertinya kita juga tidak akan mampu, kecuali Tuhan memang mengizinkannya, dan saya rasa tidak sembarang orang mendapatkan kepercayaan seperti itu.
Tanggal 24 kemarin, seseorang menyatakan keseriusannya pada saya. Namanya Ricky. Sebetulnya kami belum lama berteman. Saya dihubungkan dengan dia karena kami mempunyai kegemaran yang sama, main di terminal, melihat bus dari berbagai PO, gemar touring. Saya juga tidak tahu apa yang Tuhan rencanakan dengan mengirimkan dia ke dalam hidup saya. Karena waktu yang teramat singkat ini justru membuatnya menyatakan keseriusannya. Dan itu tidak hanya pada saya, tapi juga pada Bapak.
Saya tidak tahu perasaan apa yang ada di dalam hati saya. Jujur semuanya masih tumpang tindih. Saya tidak tahu apakah saya bahagia, sedih, bimbang, khawatir, takut, bingung atau apalah itu namanya. Semuanya terlalu tiba-tiba untuk saya. Semuanya. Seharusnya hati saya sudah harus terbiasa dengan sesuatu yang tiba-tiba, tapi sayangnya hati saya justru semakin lemah menyatakan kesiapannya.
Saya senang dan terharu karena dia begitu bernyali untuk langsung meminta izin pada Bapak. Dan dalam hidup saya, jujur, baru dia yang berani seperti itu. Tapi rasanya terlalu aneh untuk dijelaskan. Dan dia juga tidak bisa memberikan alasannya, mengapa dia merasa yakin pada pilihannya, yaitu saya. Banyak hal yang mungkin tidak harus disertai alasan dan penjelasan. Baiklah..
Saya tidak menyangka dia akan seserius itu pada saya. Saya sudah mengungkapkan apa yang menjadi ganjalan hati saya, saya terbuka padanya, tentang diri saya, tentang keluarga saya, saya tidak mau ada yang ditutupi, karena saya ingin membangun hubungan yang serius dengan alas keterbukaan. Saya berharap dia berpikir ulang tentang keinginannya. Karena saya merasa, menjalani hubungan dengan saya dalam kondisi seperti ini hanya akan membuatnya terbebani. Tapi dia tetap pada tekadnya. Dia sudah siap dengan semua resikonya. Yasudah, mau bagaimana lagi. Dia juga sudah berani menghadap Bapak.
Sulit rasanya untuk membuka hati setelah sekian lama hati saya tertutup pada satu nama. Hanya saja, saya berpikir, mau sampai kapan seperti itu. Saya juga berhak mendapatkan cinta, kasih sayang, dan perhatian dari seorang pria.
Belum ada debaran dalam hati saya. Rasanya biasa saja. Saya tidak berkeringat dingin ketika dia menyatakan keseriusannya, saya tidak salah tingkah, jantung saya juga masih berdetak dengan normal, saya tidak bersikap seperti orang yang linglung, dan saya belum merasakan adanya desiran dalam hati saya.
Jujur, saya belum jatuh cinta kepadanya. Saya hanya sebatas suka. Sudah, itu saja. Mungkin dia akan sedikit terluka ketika membaca postingan saya ini. Saya minta maaf. Memang begitu adanya.
Saya juga minta maaf pada pria-pria hebat yang mau menyelipkan nama saya dihati kalian. Maafkan saya. Tetaplah menjadi orang-orang yang berarti dalam hidup saya. Saya menyayangi kalian dalam kadar yang berbeda dan semestinya. Kalian tetap menjadi bagian dari hati dan hidup saya. Terima kasih sudah menyediakan hati kalian untuk saya. Terima kasih.
Saya selalu mencoba untuk menjaga hati orang-orang di sekeliling saya. Saya hanya bisa minta maaf, jika mungkin apa yang saya lakukan justru menambah sakit hati, kekecewaan, atau kesedihan. Saya juga ingin menjaga hati saya sendiri. Karena rasanya hati saya ini begitu rapuh, dan bisa langsung hancur hanya dengan sekali sentuhan kecil.
Saya hanya menjalani apa yang memang disediakan di depan saya. Anggap saja saya sudah malas untuk mengejar apa yang menjadi keinginan saya. Sekarang saya hanya bisa menerima apa saja yang Tuhan sediakan untuk saya. Ricky sudah menyatakan keseriusannya. Bapak juga tidak masalah. Yasudah. Mau yang bagaimana lagi? Kesannya terlalu pasrah memang. Tapi itu juga pilihan saya. Saya mau mencoba menjalani hubungan ini dengan dia. Bagaimana ke depannya, saya tidak berani menduga. Saya hanya bisa berharap dan berdoa agar semuanya tetap dan selalu baik-baik saja. Bukan hanya untuk saya,  atau untuk kami, tapi juga untuk orang-orang di kehidupan kami.
Mungkin akan ada hati yang bertanya-tanya, saya juga sudah disediakan Tuhan untukmu, tapi kamu tidak memilih saya? Saya tetap memilih kalian, juga sebagai seseorang yang berarti dalam hidup saya. Hati saya sudah memantapkan posisi kalian dalam hati saya. Sebagai kakak, sebagai adik, sebagai saudara. Dan selamanya mungkin akan tetap seperti itu. Maafkan saya jika tidak sesuai dengan apa yang mungkin kalian harapkan lebih.
Salaam..

No comments:

Post a Comment