Thursday, February 27, 2014

I'm 25 yo..

Hari ini, genap seperempat abad saya menikmati indahnya dunia ini. Banyak sekali ucapan dan doa yang diberikan untuk saya. Saya terharu sekali. Tuhan menyiapkan orang-orang yang begitu perhatian kepada saya. Mungkin banyak yang berpikir, memberi ucapan adahal hal yang sangat sepele, tapi itu jelas sangat berarti untuk saya. Setidaknya saya masih mempunyai tempat di hati mereka, saya masih melekat dalam pikiran mereka. Saya bahagia. Terima kasih..
Pagi tadi, bapak orang pertama yang saya temui. Beliau langsung memeluk dan mencium pipi saya, kemudian memberi ucapan selamat kepada saya. Selamat ulang tahun nona, bapak selalu berdoa untuk kebaikan nona, maaf bapak tidak bisa memberi kado apa-apa. Adakah yang lebih bahagia daripada doa seorang bapak? Terima kasih kepada bapak saya, Benny Holle, yang selalu mendampingi saya, disaat-saat tersulit saya. Saya sangat bersyukur Tuhan mengirimkan bapak untuk menjadi malaikat pelindung saya.
Kemudian, adik saya, Ardiansyah memberi ucapan kepada saya. Selamat ulang tahun mba. Mba minta kado apa? Saya hanya bisa berkata, saya tidak mengharapkan kado apa-apa. Tapi dalam hati, saya berdoa kepada Tuhan. Tuhanku, hari ini saya berulang tahun, bolehkah saya meminta kado pada-Mu? Saya mohon jagalah, sayangilah, dan berkahilah adik dan bapak saya, lebih berkali lipat dari apa yang telah Kau lakukan padaku. Tolong kabulkan Tuhan. Itu akan menjadi kado yang paling indah untuk saya.
Ini adalah ulang tahun pertama saya tanpa ibu. Tidak ada pelukan, ciuman, ucapan, dan masakan lezat hari ini. Tapi sekilas, saya seperti melihat ibu tersenyum pada saya. Saya tahu, itu hanyalah sebuah ilusi. Saya bahagia, setidaknya ilusi itu datang di hari ulang tahun saya. Terima kasih ibu, sudah melahirkan aku ke dunia ini. Terima kasih sudah membesarkan dan merawat saya dengan sepenuh hati hingga saya menjadi seperti sekarang.
Banyak kisah dalam hidup saya. Yang lalu biarlah menjadi sebuah buku, yang bisa dibuka kapan saja, baik buruknya kisah didalamnya, semoga tidak membuat saya berputus asa, berkecil hati, menyesal, dan terpuruk. Semoga saya bisa menjadi manusia yang lebih baik lagi daripada sekarang. Semoga semua yng pernah saya lalui bisa menjadi sebuah pengalaman dan pengajaran yang baik untuk kelanjutan hidup saya. Aamiin..
Salaam..

Tuesday, February 25, 2014

CompLicatEd

Kita tidak pernah menduga apa yang Tuhan rencanakan untuk kita. Menerka, apa yang akan terjadi 5 menit kemudian saja, sepertinya kita juga tidak akan mampu, kecuali Tuhan memang mengizinkannya, dan saya rasa tidak sembarang orang mendapatkan kepercayaan seperti itu.
Tanggal 24 kemarin, seseorang menyatakan keseriusannya pada saya. Namanya Ricky. Sebetulnya kami belum lama berteman. Saya dihubungkan dengan dia karena kami mempunyai kegemaran yang sama, main di terminal, melihat bus dari berbagai PO, gemar touring. Saya juga tidak tahu apa yang Tuhan rencanakan dengan mengirimkan dia ke dalam hidup saya. Karena waktu yang teramat singkat ini justru membuatnya menyatakan keseriusannya. Dan itu tidak hanya pada saya, tapi juga pada Bapak.
Saya tidak tahu perasaan apa yang ada di dalam hati saya. Jujur semuanya masih tumpang tindih. Saya tidak tahu apakah saya bahagia, sedih, bimbang, khawatir, takut, bingung atau apalah itu namanya. Semuanya terlalu tiba-tiba untuk saya. Semuanya. Seharusnya hati saya sudah harus terbiasa dengan sesuatu yang tiba-tiba, tapi sayangnya hati saya justru semakin lemah menyatakan kesiapannya.
Saya senang dan terharu karena dia begitu bernyali untuk langsung meminta izin pada Bapak. Dan dalam hidup saya, jujur, baru dia yang berani seperti itu. Tapi rasanya terlalu aneh untuk dijelaskan. Dan dia juga tidak bisa memberikan alasannya, mengapa dia merasa yakin pada pilihannya, yaitu saya. Banyak hal yang mungkin tidak harus disertai alasan dan penjelasan. Baiklah..
Saya tidak menyangka dia akan seserius itu pada saya. Saya sudah mengungkapkan apa yang menjadi ganjalan hati saya, saya terbuka padanya, tentang diri saya, tentang keluarga saya, saya tidak mau ada yang ditutupi, karena saya ingin membangun hubungan yang serius dengan alas keterbukaan. Saya berharap dia berpikir ulang tentang keinginannya. Karena saya merasa, menjalani hubungan dengan saya dalam kondisi seperti ini hanya akan membuatnya terbebani. Tapi dia tetap pada tekadnya. Dia sudah siap dengan semua resikonya. Yasudah, mau bagaimana lagi. Dia juga sudah berani menghadap Bapak.
Sulit rasanya untuk membuka hati setelah sekian lama hati saya tertutup pada satu nama. Hanya saja, saya berpikir, mau sampai kapan seperti itu. Saya juga berhak mendapatkan cinta, kasih sayang, dan perhatian dari seorang pria.
Belum ada debaran dalam hati saya. Rasanya biasa saja. Saya tidak berkeringat dingin ketika dia menyatakan keseriusannya, saya tidak salah tingkah, jantung saya juga masih berdetak dengan normal, saya tidak bersikap seperti orang yang linglung, dan saya belum merasakan adanya desiran dalam hati saya.
Jujur, saya belum jatuh cinta kepadanya. Saya hanya sebatas suka. Sudah, itu saja. Mungkin dia akan sedikit terluka ketika membaca postingan saya ini. Saya minta maaf. Memang begitu adanya.
Saya juga minta maaf pada pria-pria hebat yang mau menyelipkan nama saya dihati kalian. Maafkan saya. Tetaplah menjadi orang-orang yang berarti dalam hidup saya. Saya menyayangi kalian dalam kadar yang berbeda dan semestinya. Kalian tetap menjadi bagian dari hati dan hidup saya. Terima kasih sudah menyediakan hati kalian untuk saya. Terima kasih.
Saya selalu mencoba untuk menjaga hati orang-orang di sekeliling saya. Saya hanya bisa minta maaf, jika mungkin apa yang saya lakukan justru menambah sakit hati, kekecewaan, atau kesedihan. Saya juga ingin menjaga hati saya sendiri. Karena rasanya hati saya ini begitu rapuh, dan bisa langsung hancur hanya dengan sekali sentuhan kecil.
Saya hanya menjalani apa yang memang disediakan di depan saya. Anggap saja saya sudah malas untuk mengejar apa yang menjadi keinginan saya. Sekarang saya hanya bisa menerima apa saja yang Tuhan sediakan untuk saya. Ricky sudah menyatakan keseriusannya. Bapak juga tidak masalah. Yasudah. Mau yang bagaimana lagi? Kesannya terlalu pasrah memang. Tapi itu juga pilihan saya. Saya mau mencoba menjalani hubungan ini dengan dia. Bagaimana ke depannya, saya tidak berani menduga. Saya hanya bisa berharap dan berdoa agar semuanya tetap dan selalu baik-baik saja. Bukan hanya untuk saya,  atau untuk kami, tapi juga untuk orang-orang di kehidupan kami.
Mungkin akan ada hati yang bertanya-tanya, saya juga sudah disediakan Tuhan untukmu, tapi kamu tidak memilih saya? Saya tetap memilih kalian, juga sebagai seseorang yang berarti dalam hidup saya. Hati saya sudah memantapkan posisi kalian dalam hati saya. Sebagai kakak, sebagai adik, sebagai saudara. Dan selamanya mungkin akan tetap seperti itu. Maafkan saya jika tidak sesuai dengan apa yang mungkin kalian harapkan lebih.
Salaam..

Friday, February 21, 2014

CLeaR anD CLeaN

Mungkin anda akan menduga jika postingan saya akan membahas salah satu produk facial foam. Hehehe.. Sayangnya tidak, saya hanya menjiplak judulnya, karena dilihat dari artinya, sesuai dengan apa yang akan saya postingkan kali ini.
Dalam setiap doa, saya selalu memohon pada Tuhan, agar Dia secepatnya menyelesaikan semua urusan saya. Itu mau saya. Tapi Tuhan sangat tahu kapan waktu yang tepat untuk membuat semuanya clear and clean. Dan saya yakin, Dia tidak akan pernah terlambat ataupun tergesa-gesa.
Hari ini, saya memohon kepada Tuhan untuk menyelesaikan dengan tuntas masalah saya. Rasanya sudah terlalu lelah dan sesak untuk menghadapi masalah yang sepertinya kian rumit dan melebar. Saya hanya bisa pasrah, yasudahlah, mau diapakan lagi. Toh, semuanya juga sudah terjadi. Sudah terlanjur basah. Yasudah.. Mau mengeringkan secepatnya juga saya rasa sudah sangat sulit. Jadi, tidak ada salahnya kan berbasah-basahan. Semoga saja setelah ini Tuhan mengirimkan matahari untuk mengeringkan dan menghangatkan saya.
Semuanya harus clear and clean hari ini. Agar tidak ada lagi ganjalan yang ada di hati. Toh semuanya bisa dibicarakan baik-baik. Semoga saja kali ini Tuhan melembutkan hati saya, dan hati semuanya, agar tidak ada lagi hati yang keras dan dangkal. Agar semuanya mau mengerti dan memaklumi. Agar semuanya bisa saling memaafkan dan berterimakasih dengan setulus hati. Tidak adakah yang lebih indah daripada itu??
Apapun yang terjadi hari ini, itulah yang harus saya terima. Yang harus saya pertanggungjawabkan. Jujur, sudah tidak ada rasa takut lagi dalam diri saya. Saya sudah benar-benar memasrahkan hati saya, diri saya pada Tuhan. Saya hanya menjalaninya. Saya akan benar-benar mengikuti apa yang sudah Dia siapkan untuk saya. Saya tahu, apapun itu, pastilah itu yang terbaik untuk saya, untuk kehidupan saya. Yang tetap saya mohon pada Tuhan, semuanya harus clear and clear hari ini juga. Saya yakin, banyak hati yang sudah lelah menghadapi semua ini. Terima kasih atas kesediannya memberikan hatinya untuk masalah ini. Saya mohon maaf jika hanya lelah yang tercipta. Semoga setelah ini kita sama-sama mempunyai hati yang lega dan damai.
Saya tidak mempermasalahkan apa yang sedang terjadi. Saya juga tidak akan menarik perkataan yang memang pernah saya katakan. Untuk apa? Tidak ada gunanya untuk saya berbelit-belit seperti itu. Justru tidak akan ada clear and clean nantinya. Semoga saja semuanya berjalan lancar seperti harapan saya, harapan semua hati yang sudah lelah dengan semua ini. Aamiin..
"Saya tidak sebaik yang kau lihat, tapi saya juga tidak seburuk yang terlintas dihatimu."
Salaam..

Wednesday, February 19, 2014

I'm ( ReaLLy?? ) FinE

Tidak selamanya yang terlihat baik-baik saja memang begitu adanya. Kadang itu adalah salah satu cara untuk menutupi ketidak-baikan yang terjadi sesungguhnya. Sungguh berat rasanya ketika tersenyum ceria, dan mengatakan pada dunia bahwa saya baik-baik saja. Tapi sesungguhnya, saya tidak sedang dalam keadaan baik-baik saja, saya hanya mencoba untuk membuat semuanya baik-baik saja. Hati saya tetap sakit, karena mungkin hati saya belum dalam untuk bisa memancarkan apa itu yang disebut mata air kebahagiaan.
Katanya, dengan membagi kesedihan, kesedihan itu akan berkurang. Benarkah begitu? Mungkin kita akan sedikit lega, tapi bagaimana jika malah menambah kesedihan orang yang kita bagi? Bukankah itu terlalu egois? Kita mau mengurangi kesedihan kita, tapi menambahkannya pada orang lain.
Karena itulah saya lebih senang menyimpan semua kesedihan di hati saya. Sampai rasanya sesak, dan nyeri sekali. Saya hanya membagi kesedihan saya, beban saya dengan orang-orang terdekat saya. Itu saja saya berpikir seratus kali untuk membaginya atau tetap menyimpan di hati saya.
Saya baik-baik saja. Sungguh saya baik-baik saja. Bukankah itu seperti sugesti untuk kita. Seperti menyemangati diri sendiri bahwa semuanya pasti bisa dan akan menjadi baik.
Saya tahu Tuhan akan senantiasa menjaga saya dengan semua kebaikan-Nya. Saya yakin Dia akan menjaga kebaikan yang ada diri saya. Walaupun saya tidak tahu, apakah saya punya kebaikan atau tidak, tapi saya yakin, saya orang yang baik, entah itu hanya ada satu kebaikan di dalam diri saya. Setidaknya saya masih punya kebaikan.
Saya baik-baik saja, dan selamanya akan baik-baik saja. Tuhan sudah senantiasa melatih hati saya untuk tetap bersikap baik di tengah ketidakbaikan. Dan semoga latihan saya itu bisa benar-benar saya terapkan di kehidupan saya. 
Saya baik-baik saja. Apapun yang terjadi saya akan tetap baik-baik saja. Dan selamat datang kebaikan. Silakan singgah ke kehidupan saya. Selamat datang juga ketidakbaikan, saya juga membutuhkanmu untuk menciptakan kebaikan.
Salaam..

Monday, February 17, 2014

HaPPineSs

Definisi kebahagiaan setiap orang berbeda-beda. Ada yang punya Lamborgini, merasa bahagia, ada yang sudah bisa ke tanah suci merasa bahagia, ada yang bisa makan 3x sehari sudah bahagia. Bermacam-macam Tuhan menciptakan kebahagiaan untuk umat-Nya.
Apa yang menjadi kebahagiaan saya, belum tentu sama dengan adik saya, bapak saya, ibu saya, walaupun kami satu keluarga, jauh berbeda pula dengan sahabat-sahabat saya. Tapi jujur sampai sekarang, saya masih bertanya-tanya, apa itu bahagia? Apa saya sudah bahagia? Kebahagiaan yang bagaimana yang saya cari.
Saya pernah membaca sebuah cerita, yang intinya bahwa kebahagiaan itu dasarnya dari dalam hati. Jika hati kita lapang dan dalam, maka kebahagiaan akan mengalir dengan sendirinya. Kadang kita senang mendapatkan hadiah, senang mendapatkan keberuntungan, menerima pujian, lantas kemudian kita merasa sedih dan terpuruk jika kita mendapat berita buruk, kehilangan semua yang kita miliki. Tapi semua itu adalah rasa yang datangnya dari luar. Ketika  kita bersedih, kemudian ada sahabat yang menghibur kita, kita akan menjadi bahagia. Ketika kita bahagia mendapat hadiah mobil dari ayah kita, kemudian tanpa sengaja kita membuatnya rusak, kita akan marah, kesal, dan sedih. Bukankah hati yang berperan mengatur semua rasa itu. Senang, sedih, iri, dengki, kesal, ikhlas. Tapi semakin dalam dan lapang hati kita. Semua kesedihan kita, kesusahan kita, akan menguap seperti embun.
Saya kadang merasa, naif sekali jika saya berkata seperti itu. Seolah-olah saya yang baru anak kemarin sore, sok tahu, sok pintar tentang apa itu hakikat kebahagiaan. Tentang apa itu hidup. Tapi bukankah hati yang dalam dan lapang bukan milik mereka yang sudah berumur saja. Saya tahu, semua itu membutuhkan proses yang amat sangat panjang, sangat berliku, sarat dengan kesederhanaan, penerimaan yang ikhlas, dan mungkin pengorbanan yang tiada terkira. Dan saya sadar, untuk mencapai ke arah sana butuh perjalanan yang amat jauh dan panjang. Hanya saja, bukan berarti saya tidak bisa kan?
Sekarang saya hanya ingin mencoba melapangkan dan mendalamkan hati saya. Menerima semua nasehat dari bapak dan adik saya dengan suka cita tanpa harus merasa tersinggung, tertekan, dan terhakimi. Saya mencoba melebur semua dendam saya, rasa benci saya, marah saya agar setidaknya hati saya sedikit ringan dan memaklumi bahwa semua manusia pernah melakukan sebuah kesalahan. Saya ingin melenyapkan semua rasa iri, dengki saya, dan mencoba menerima, belum saatnya saya seperti mereka. Saya harus berusaha lebih keras lagi, saya harus berdoa lebih khusyuk lagi, sampai Tuhan menganggap saya layak untuk mendapatkan apa yang menjadi cita-cita saya.
Dan terima kasih untuk Tere Liye dan Agung Webe yang sudah menciptakan karya yang sungguh sangat luar biasa. Karena dengan membaca, hati saya menjadi kaya. Dan semoga saja, pelajaran yang ada dalam karya tersebut dapat saya terapkan dalam kehidupan saya. Terima kasih juga untuk mba Fanny di toko buku onlinenya. Dari sanalah saya mendapatkan buku-buku yang hebat dengan harga yang bersahabat.
Apa yang menjadi kebahagiaan saya? Untuk sekarang, kebahagiaan saya adalah ketika melihat adik dan bapak saya bahagia, saya bahagia ketika melihat orang-orang disekitar saya bahagia dengan keberadaan saya. Semoga kebahagiaan selalu menyertai hati kita, tanpa peduli bagaimanapun keadaannya.
Salaam..

Thursday, February 13, 2014

Be a GentLe

Semua orang pasti pernah melakukan kesalahan. Sebesar atau sekecil apapun itu tetap saja sebuah kesalahan. Tidak selamanya kok orang yang pernah salah akan tetap salah. Hanya saja, budaya masyarakat kebanyakan, sekali salah, ya selamanya akan tetap dipersalahkan, tidak peduli ada berapa kebaikan yang mungkin sudah dilakukan. Wajar. Sekarang kita belajar untuk mewajarkan dan memaklumi hal-hal seperti itu. Karena kembali lagi, pemahaman dan kepekaan hati setiap manusia berbeda-beda. Itulah yang mungkin membuat seimbang alam semesta ini. Karena manusia diciptakan seperti kedua sisi mata uang. Berbeda,  tetapi tetap satu.
Be a gentle. Akuilah jika memang berbuat salah. Bukan melempar kesalahan pada orang lain, atau membuat seakan-akan orang lain yang salah. Ada Tuhan Yang Tidak Pernah Tidur teman. Ada Tuhan Yang Maha Mengetahui apapun yang kau sembunyikan di dalam hatimu.
Ada saat kita untuk mengakui, ada saat kita untuk membela diri, ada saat kita untuk diam, mendengarkan semua hujataan dan prasangka. Satu kalimat dari Umi Pipik Dian Irawati, kurang lebihnya saya mohon maaf, "Saya tidak takut nama saya menjadi jelek, toh itu adalah ciptaan manusia."  Kemudian saya berpikir, benar juga, dan ciptaan manusia tidak ada yang kekal. Saya yakin, Tuhan Maha Pengampun asal kita benar-benar melakukan pertobatan, dan saya yakin, Tuhan yang lebih kekal dalam menjaga nama kita asal kitapun juga menjaga-Nya dalam hati kita.
Belajarlah menerima kesalahan. Sebesar apapun itu. Toh mengakui kesalahan tidak membuat kita rendah. Ada sebuah cerita yang bisa kita ambil hikmahnya bersama.
Beberapa hari yang lalu, saya mendapat telpon dari salah seorang pelanggan saya. Kebetulan dia kakak mantan saya.  Saya sudah menganggapnya seperti kakak saya. Masalah buking tiket. Saya masih dengan senang hati membantu. Karena saya pikir, apa salahnya masih melayani pelanggan saya. Toh, saya juga tidak bekerja di tempat lain. Dia mengatakan sudah telpon ke agen, dan sudah diberi nomor seat. Hanya saja, dia merasa sedikit janggal, dia minta seat armada dimana seat double itu B dan C. Tapi dia malah diberi seat double, A dan B. Tidak seperti yang diinginkan. Sebetulnya dia meminta single seat. Tapi agen mengatakan penuh. Lalu saya meminta bantuan teman baik saya untuk mengecek bukingan tersebut, dan saya sempat kaget ketika teman saya mengatakan bahwa pada tanggal tersebut, armada yang dimaksud masih dalam keadaan kosong. Padahal tadi kakak saya bilang, dari pihak agen mengatakan sudah penuh seat yang single. Oke, saya cukup tau saja. Kemudian saya buking single seat sesuai permintaan kakak saya. Ketika saya hendak membatalkan bukingan tiket yang semula dipesan kakak saya, bukingan itu ternyata tidak ada, dan salah masuk ke tanggal lainnya. Oke. Baiklah. Saya kemudian menjelaskan kepada kakak saya, bahwa ada salah pengertian antara kakak saya, dan pihak agen. Win-win solution, tidak ada yang merasa dipersalahkan di pihak manapun.
Salah pengertian juga terjadi tadi malam. Adik saya, bukan adik kandung, tapi saya sudah menganggapnya adik, memesan tiket untuk dua orang. Saya meminta tolong teman baik saya untuk membukingkan lagi. Hot seat no. 3 dan 4. Ternyata, pada hari Sabtu, teman adik saya itu sudah membatalkan ke pihak agen. Kemudian, pesan seat lagi, dan diberi no. 6. Tapi karena sesuatu hal, bukingan itu mungkin lupa dibatalkan oleh pihak agen. Dan pagi hari sebelum malam keberangkatan, adik saya juga sudah konfirmasi pembatalan tiket ke pihak agen. Tetapi, pada malam keberangkatan, seat no. 4 masih tercantum di daftar penumpang. Oke. Baiklah. Saya tetap akan membayar bukingan tiket saya tersebut. Bukan saya merasa sok kaya. Tapi itu adalah bentuk tanggung jawab saya. Hanya saja, kemudian semua itu menjadi sebuah masalah. Pihak agen tidak berkenan kalau saya masih ikut campur dalam hal buking tiket dan kemudian mungkin sedikit marah pada teman baik saya yang selalu membantu saya. Saya hanya bisa tersenyum. Astagaa, apalagi ini.:-) 
Baik, saya salah, mungkin tidak seharusnya saya masih memberi pelayanan ke semua pelanggan saya. Karena masih ada pihak agen, mereka lebih berwenang. Saya salah, karena bukingan tiket tersebut langsung saya konfirm pada teman saya. Dan mungkin sekarang, saya harus benar-benar tidak ikut campur dalam hal pembukingan tiket seperti sedia kala. Karena pertama, saya bukan karyawan lagi, kedua, ada agen yang lebih berwenang. Saya tidak mau ada prasangka, saya menyerobot pekerjaan mereka, toh saya juga tidak dibayar untuk itu, saya dengan senang hati melakukannya. Cuma jika apa yang saya lakukan tidak berkenan, yasudah, toh saya juga tidak rugi jika tidak memberi pelayanan yang baik pada pelanggan saya.
Hanya saja, jika saya boleh diijinkan membela diri saya. Saya tidak merugikan perusahaan, saya hanya ingin menjaga hubungan yang baik antara saya, pelanggan, dan perusahaan. Saya hanya ingin tetap memberi kenyamaan pada para pelanggan saya. Sudah itu saja. Saya hanya ingin melayani sebisa saya. Toh saya juga mau bertanggung jawab jika ada kesalahan seperti yang saya ceritakan diatas. Hanya saja, yang saya harapkan, semoga dari pihak agen juga mau memperbaiki apa yang mungkin menjadi kesalahan. Setidaknya meminimalisir kesalahan yang ada. Saya tahu bagaimana sistem kerja disana, saya memaklumi. Hanya saja bukanlah semuanya bisa diminimalisir. Saya berharap semoga pelayanan kedepannya akan menjadi lebih baik. Bersikaplah fair terhadap semua pelanggan. Jika memang seat depan masih tersisa, tawarkanlah, layanilah dengan suka cita, tanpa peduli pelanggan tersebut menyebalkan, tidak menyenangkan, atau apalah. Mood memang sangat berpengaruh dalam pekerjaan. Hanya saja, mari kita sama-sama belajar menetralisir  keadaan. Agar setidaknya kesalahan yang tidak perlu tidak terulang lagi. Teman adik saya dan adik saya sendiri sudah konfirmasi pembatalan tiket,  2 orang sudah konfirmasi pembatalan tiket, tapi tetap saja daftarnya masih tercantum. Padahal itu tiket LGS atau bayar langsung. Dan sudah jelas itu double buking. Posisi armada juga tidak penuh. Mungkin peraturan perusahaan sudah berbeda sehingga tidak yang sudah dikonfirm tidak bisa dibatalkan. Baiklah, kita harus mengikuti aturan yang berlaku sekarang. Saya tidak bermaksud untuk menggurui, menyalahkan, atau sok merasa pintar. Saya hanya ingin berbagi pengalaman. Berbagi kesalahan, agar semua yang pernah membaca postingan saya ini tidak melakukan kesalahan yang sama dengan apa yang saya lakukan. Bukalah hati dan pikiran ketika menerima kritikan. Selama kritikan itu membangun, dan tidak menjatuhkan kenapa tidak. Tapi jika apa yang saya bicarakan mungkin menyakiti hati atau tidak begitu penting untuk diresapi,  saya mohon maaf, dan silakan abaikanlah. Persaingan semakin ketat teman, banyak perusahan berlomba-lomba memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya.
Jangan merasa rendah diri karena pernah berbuat salah. Salah itu penting juga agar kita belajar menjadi pemberani untuk mengakui, pemaaf untuk diri sendiri, dan belajar untuk bangkit lebih baik lagi.
Salaam..

Tuesday, February 11, 2014

ThE ChoiCe

Hidup itu penuh dengan pilihan. Dan banggalah menjadi orang yang bisa memilih apa yang menjadi pilihan hati anda. Karena, masih banyak orang di luar sana yang tidak berani untuk memilih, mereka hanya mengikuti alur yang sudah disediakan. Mereka tidak salah. Itu hak mereka. Hanya saja saya lebih suka pada orang-orang yang berani memilih. Apapun pilihannya, apapun hasilnya. Buat saya itu tidak penting. Point paling pentingnya, dengan memilih, kita sudah menjadi seorang yang pemberani, berani mengambil resiko, berani bertanggung jawab atas hasilnya, dan berani keluar jadi zona nyaman kita.
Dan sekarang saya mencoba memilih untuk hidup saya. Saya tahu, mungkin banyak orang yang meragukan keputusan saya, yang heran, yang bertanya-tanya. Tapi itu akan tetap menjadi pilihan saya. Dan saya memilih menjadi ibu rumah tangga yang keren. Seperti cita-cita saya. Dan ternyata Tuhan mengabulkan 100x lebih cepat dari yang saya bayangkan. Saya belum siap. Tapi saya tidak menyesal. Dan tidak akan pernah menyesal. Dengan apa yang sudah terjadi pada hidup saya, pada pilihan yang saya buat. Saya tidak akan menyesal. Karena saya pikir menyesal hanya milik orang-orang yang berputus asa. Dan saya, tidak akan menjadi bagian dari mereka.
Mungkin banyak yang menduga, saya memilih ini karena memang saya tidak punya pilihan lain. Sebegitu menyedihkannyakah hidup saya sehingga Tuhan pun tidak memberi pilihan pada saya? Tentu saja Tuhan memberi banyak pilihan pada saya. Hanya saja, saya lebih memilih seperti ini. Dan biarlah pilihan ini menjadi jalan hidup saya dan tanggung jawab saya.
Saya bukan menghakimi wanita-wanita yang lebih memilih berkarir daripada yang hanya mengenakan celemek di rumah, bukan seperti itu. Saya sangat memuji mereka. Dalam kondisi fisik yang lelah akibat bekerja, mereka masih menunaikan kewajibannya sebagai seorang ibu di rumah. Dan jujur, saya tidak mampu seperti itu, saya hanya mampu seperti sekarang ini. Saya juga tidak merendahkan wanita-wanita yang hanya memakai celemek di rumah. Haloo, saya juga bagian dari mereka. Dan saya yakin, dari tangan wanita bercelemek ini, bisa membuat senyum anggota keluarga mereka, dan apakah ada yang lebih bahagia selain melihat kebahagiaan orang-orang yang kita sayangi?
Ibu rumah tangga adalah pekerjaan yang mulia. Walaupun tangan saya harus lecet karena mencuci, saya bahagia melihat bapak dan adik saya memakai baju yang bersih dan wangi. Walaupun punggung saya rasanya pegal karena menjadi cleaning service di rumah, tapi saya bahagia melihat rumah saya yang sangat sederhana ini bersih, dan nyaman. Walaupun saya harus berkali-kali kepentok sikat WC, tapi saya bahagia melihat lantai kamar mandi bersih, tidak licin, sehingga tidak membahayakan orang-orang terkasih saya. Walaupun saya harus bangun lebih pagi untuk memasak, saya bahagia melihat bapak dan adek saya mengatakan masakan saya enak. Dan saya bahagia, sangat bahagia menjalani rutinitas saya. Saya bahagia bisa mengobrol dengan ibu-ibu lain. Saya bahagia bisa pengajian bersama, kondangan bersama, takziah bersama. Dan saya tidak pernah merasakan perasaan yang seperti ini sebelumnya. Karena saya hanya bisa bekerja. Pulang, sebentar bercengkerama dengan keluarga saya, masuk kamar, istirahat, bangun pagi, dan seperti itu seterusnya.
Semoga saja ke depannya, saya bisa menjadi ibu yang benar-benar keren. Saya ingin berguna untuk sekitar saya, membantu dengan apa yang bisa saya lakukan. Suatu saat saya ingin membuka lapangan pekerjaan di rumah. Bukankah niat baik selalu didengar Tuhan. Dan saya sangat berharap Tuhan memberi rizki yang berlimpah pada keluarga saya, sehingga saya mempunyai sedikit modal untuk menciptakan apa yang menurut saya keren itu. Semoga. Aamiin..
Untuk sementara ini saya sangat menikmati pilihan saya ini. Dan saya harus  terus membuatnya terasa nikmat. Saya tidak tahu apa yang Tuhan pilihkan untuk masa depan saya. Saya hanya menetapi takdir saya dengan pilihan yang saya rasa itu juga bagian dari takdir saya. Saya hanya berdoa, bagaimanapun Tuhan membentuk saya, saya akan tetap bertanggung jawab atas sesuatu yang pernah saya pilih ini.
Dahulu seseorang pernah bertanya kepada saya, hidup itu penuh dengan kesempatan atau pilihan? Dan saya jawab pilihan. Kesempatan hanya datang satu kali, selebihnya adalah keberuntungan. Sedangkan pilihan, kita bernafas itu juga sebuah pilihan. Bisa dibayangkan kan betapa banyaknya pilihan itu disekitar kita.
Salaam..

Wednesday, February 5, 2014

ReaL EyeS, ReaLizE

Setiap orang pasti mempunyai kebaikan di mata orang lain. Seburuk apapun dia. Karena penglihatan manusia berbeda-beda. Tuhan begitu senang menciptakan perbedaan. Mungkin kalau saya boleh menebak, perbedaan itulah yang membuat seimbang alam semesta ini.
Sungguh bahagia sekali ketika seorang sahabat saya mengatakan saya menginspirasi dia untuk membuat tulisan di blog. Ini alamat blognya, bernachubby.blogspot.com. Sehebat itukah saya? Tentu saja saya hebat. Saya wanita yang hebat. Dilihat darimanakah kebehebatan saya? Buktinya saya bisa menginspirasi orang lain untuk menciptakan sebuah karya. Bukankah itu suatu kehebatan? Mungkin hal tersebut sangatlah sepele. Tapi sadarkah anda jika hal yang sepele adalah awal dari hal yang besar. Dan itu sangat berarti besar. Untuk saya tentunya. Karena berarti saya masih mempunyai penilaian yang baik dimata sahabat saya.
Mungkin banyak orang yang menilai saya ini itu, begini begitu, seperti ini seperti itu. Dan itu adalah hak asasi manusia untuk memberikan penilaian kepada orang lain. Bukankah kita hidup di negara yang membebaskan warga negaranya untuk mengeluarkan pendapat, dan memberikan penilaian menurut saya juga termasuk kedalam mengeluarkan pendapat. Dan anda bebas memberi penilaian, entah itu baik, buruk, biasa saja. Saya pun begitu, saya juga bebas untuk menilai anda. Mungkin baik, mungkin buruk. Karena kita mempunyai hak yang sama untuk menilai sesuatu.
Beberapa orang hadir memberikan inspirasi untuk kita. Tidak hanya datang dari orang yang baik menurut kita, tapi tak jarang juga datang dari seseorang yang buruk menurut kita. Karena sekali lagi, setiap mata memberikan penilaian yang berbeda.
Cara orang menyayangi kita pun berbeda. Berlaku buruk pada kita pun, menurut saya, itu salah satu cara menyayangi. Hanya saja orang seperti itu mungkin harus banyak mendapatkan kasih sayang karena dia tidak tahu cara menyayangi yang tidak menyakiti. Dan mereka tidak harus dibenci, tapi harus dikasihi.
Saya juga sama seperti mereka. Kadang berlaku buruk, selalu menyakiti hati, membuat kecewa, dan mungkin banyak yang benci kepada saya. Yasudah, saya terima, toh mereka juga tidak mengharuskan saya untuk menyayangi mereka atau membenci mereka. Toh dengan segala perlakuan buruk yang ada tidak membuat saya terpuruk. Justru saya sangat berterimakasih kepada orang-orang seperti itu, setidaknya mereka memantapkan saya untuk membuat sebuah penilaian menurut mata saya.:-)
Mata memang kadang salah menilai. Yang terlihat baik, belum tentu baik pada kenyataannya. Begitu juga sebaiknya. Dan hanya orang-orang yang bijak yang mampu baik dalam memberikan penilaian. Siapapun bisa menjadi orang yang bijak, saya, anda, bahkan orang-orang yang mungkin jauh usianya dibawah anda. Karena kebijakan ada pada orang yang mau membuka hati, pikiran, telinga, dan matanya. Karena kebijakan selalu mengikuti orang-orang yang benar-benar dewasa dalam setiap langkahnya. Dan dewasa adalah mereka yang selalu berpikiran positive, yang mengesampingkan egonya demi orang lain, yang memberikan solusi dalam setiap masalah, dan yang pasti yang mau merangkul sesamanya tanpa melihat seperti apa masa lalu mereka. Karena masa lalu tidak bisa dirubah, sedangkan masa depan bisa. Sangat bisa. Itu menurut saya. Bagaimana dengan anda?:-)
Salaam..