Definisi kebahagiaan setiap orang berbeda-beda. Ada yang punya Lamborgini, merasa bahagia, ada yang sudah bisa ke tanah suci merasa bahagia, ada yang bisa makan 3x sehari sudah bahagia. Bermacam-macam Tuhan menciptakan kebahagiaan untuk umat-Nya.
Apa yang menjadi kebahagiaan saya, belum tentu sama dengan adik saya, bapak saya, ibu saya, walaupun kami satu keluarga, jauh berbeda pula dengan sahabat-sahabat saya. Tapi jujur sampai sekarang, saya masih bertanya-tanya, apa itu bahagia? Apa saya sudah bahagia? Kebahagiaan yang bagaimana yang saya cari.
Saya pernah membaca sebuah cerita, yang intinya bahwa kebahagiaan itu dasarnya dari dalam hati. Jika hati kita lapang dan dalam, maka kebahagiaan akan mengalir dengan sendirinya. Kadang kita senang mendapatkan hadiah, senang mendapatkan keberuntungan, menerima pujian, lantas kemudian kita merasa sedih dan terpuruk jika kita mendapat berita buruk, kehilangan semua yang kita miliki. Tapi semua itu adalah rasa yang datangnya dari luar. Ketika kita bersedih, kemudian ada sahabat yang menghibur kita, kita akan menjadi bahagia. Ketika kita bahagia mendapat hadiah mobil dari ayah kita, kemudian tanpa sengaja kita membuatnya rusak, kita akan marah, kesal, dan sedih. Bukankah hati yang berperan mengatur semua rasa itu. Senang, sedih, iri, dengki, kesal, ikhlas. Tapi semakin dalam dan lapang hati kita. Semua kesedihan kita, kesusahan kita, akan menguap seperti embun.
Saya kadang merasa, naif sekali jika saya berkata seperti itu. Seolah-olah saya yang baru anak kemarin sore, sok tahu, sok pintar tentang apa itu hakikat kebahagiaan. Tentang apa itu hidup. Tapi bukankah hati yang dalam dan lapang bukan milik mereka yang sudah berumur saja. Saya tahu, semua itu membutuhkan proses yang amat sangat panjang, sangat berliku, sarat dengan kesederhanaan, penerimaan yang ikhlas, dan mungkin pengorbanan yang tiada terkira. Dan saya sadar, untuk mencapai ke arah sana butuh perjalanan yang amat jauh dan panjang. Hanya saja, bukan berarti saya tidak bisa kan?
Sekarang saya hanya ingin mencoba melapangkan dan mendalamkan hati saya. Menerima semua nasehat dari bapak dan adik saya dengan suka cita tanpa harus merasa tersinggung, tertekan, dan terhakimi. Saya mencoba melebur semua dendam saya, rasa benci saya, marah saya agar setidaknya hati saya sedikit ringan dan memaklumi bahwa semua manusia pernah melakukan sebuah kesalahan. Saya ingin melenyapkan semua rasa iri, dengki saya, dan mencoba menerima, belum saatnya saya seperti mereka. Saya harus berusaha lebih keras lagi, saya harus berdoa lebih khusyuk lagi, sampai Tuhan menganggap saya layak untuk mendapatkan apa yang menjadi cita-cita saya.
Dan terima kasih untuk Tere Liye dan Agung Webe yang sudah menciptakan karya yang sungguh sangat luar biasa. Karena dengan membaca, hati saya menjadi kaya. Dan semoga saja, pelajaran yang ada dalam karya tersebut dapat saya terapkan dalam kehidupan saya. Terima kasih juga untuk mba Fanny di toko buku onlinenya. Dari sanalah saya mendapatkan buku-buku yang hebat dengan harga yang bersahabat.
Apa yang menjadi kebahagiaan saya? Untuk sekarang, kebahagiaan saya adalah ketika melihat adik dan bapak saya bahagia, saya bahagia ketika melihat orang-orang disekitar saya bahagia dengan keberadaan saya. Semoga kebahagiaan selalu menyertai hati kita, tanpa peduli bagaimanapun keadaannya.
Salaam..
Saya pernah membaca sebuah cerita, yang intinya bahwa kebahagiaan itu dasarnya dari dalam hati. Jika hati kita lapang dan dalam, maka kebahagiaan akan mengalir dengan sendirinya. Kadang kita senang mendapatkan hadiah, senang mendapatkan keberuntungan, menerima pujian, lantas kemudian kita merasa sedih dan terpuruk jika kita mendapat berita buruk, kehilangan semua yang kita miliki. Tapi semua itu adalah rasa yang datangnya dari luar. Ketika kita bersedih, kemudian ada sahabat yang menghibur kita, kita akan menjadi bahagia. Ketika kita bahagia mendapat hadiah mobil dari ayah kita, kemudian tanpa sengaja kita membuatnya rusak, kita akan marah, kesal, dan sedih. Bukankah hati yang berperan mengatur semua rasa itu. Senang, sedih, iri, dengki, kesal, ikhlas. Tapi semakin dalam dan lapang hati kita. Semua kesedihan kita, kesusahan kita, akan menguap seperti embun.
Saya kadang merasa, naif sekali jika saya berkata seperti itu. Seolah-olah saya yang baru anak kemarin sore, sok tahu, sok pintar tentang apa itu hakikat kebahagiaan. Tentang apa itu hidup. Tapi bukankah hati yang dalam dan lapang bukan milik mereka yang sudah berumur saja. Saya tahu, semua itu membutuhkan proses yang amat sangat panjang, sangat berliku, sarat dengan kesederhanaan, penerimaan yang ikhlas, dan mungkin pengorbanan yang tiada terkira. Dan saya sadar, untuk mencapai ke arah sana butuh perjalanan yang amat jauh dan panjang. Hanya saja, bukan berarti saya tidak bisa kan?
Sekarang saya hanya ingin mencoba melapangkan dan mendalamkan hati saya. Menerima semua nasehat dari bapak dan adik saya dengan suka cita tanpa harus merasa tersinggung, tertekan, dan terhakimi. Saya mencoba melebur semua dendam saya, rasa benci saya, marah saya agar setidaknya hati saya sedikit ringan dan memaklumi bahwa semua manusia pernah melakukan sebuah kesalahan. Saya ingin melenyapkan semua rasa iri, dengki saya, dan mencoba menerima, belum saatnya saya seperti mereka. Saya harus berusaha lebih keras lagi, saya harus berdoa lebih khusyuk lagi, sampai Tuhan menganggap saya layak untuk mendapatkan apa yang menjadi cita-cita saya.
Dan terima kasih untuk Tere Liye dan Agung Webe yang sudah menciptakan karya yang sungguh sangat luar biasa. Karena dengan membaca, hati saya menjadi kaya. Dan semoga saja, pelajaran yang ada dalam karya tersebut dapat saya terapkan dalam kehidupan saya. Terima kasih juga untuk mba Fanny di toko buku onlinenya. Dari sanalah saya mendapatkan buku-buku yang hebat dengan harga yang bersahabat.
Apa yang menjadi kebahagiaan saya? Untuk sekarang, kebahagiaan saya adalah ketika melihat adik dan bapak saya bahagia, saya bahagia ketika melihat orang-orang disekitar saya bahagia dengan keberadaan saya. Semoga kebahagiaan selalu menyertai hati kita, tanpa peduli bagaimanapun keadaannya.
Salaam..
No comments:
Post a Comment