Besok tanggal 25 Desember. Itu artinya besok umat kristen di seluruh dunia merayakan Natal. Saya bukan seorang kristiani, saya seorang muslim, tapi bolehkan saya mengucapkan selamat hari natal untuk sahabat2 saya yang merayakan sama seperti ketika saya merayakan Idul Fitri, sahabat2 saya yang tidak merayakan dengan suka cita juga memberikan selamat kepada saya. Mereka juga ikut bahagia dengan apa yang saya rayakan. Saya sedih ketika manusia saling menghujat satu sama lain. Bukankah Tuhan itu satu. Hanya saja mungkin cara memujinya yang berbeda. Dan bukankah perbedaan itu indah? Bayangkan saja jika semua yang ada di dunia ini sama. Tak terbayangkan pasti bagaimana jadinya. Ketika semua tampak hanya dengan satu warna, ketika manusia sama tingginya, ketika hewan2 sama bentuknya, ketika tidak ada tinggi rendah, ketika tidak ada ada pria dan wanita, ketika suara tak ada yang beda. Mungkin karena itulah Tuhan menciptakan perbedaan. Agar semuanya terlihat indah, serasi, seirama, bisa hidup saling menghargai dan menghormati setiap perbedaan yang ada.
Saya memang bukan seorang sufi atau seseorang yang paham betul mengenai agama yang saya anut. Saya hanya seorang hamba yang telah menetapkan islam sebagai agama yang saya yakini sepenuh hati, bukan sebagai agama yang telah melekat di diri sejak saya dilahirkan, karena pemilihan suatu keyakinan menurut saya bukan berasal dari apa yang sudah ditanamkan sejak lahir, tapi berdasarkan hati. Tapi bukan itu yang ingin saya katakan lebih lanjut disini.
Semalam, saya melihat gambar yang menyedihkan hati saya, saya tidak tahu apakah itu semacam hoax atau memang benar adanya. Jika itu benar, sungguh sedih hati saya, bagaimana mungkin kita menyakiti hati sesama kita dengan ucapan yang seperti itu, salahkah jika kita bertoleransi dengan umat agama lain? Bukankah Tuhan mengajarkan kita untuk saling menyayangi, saling menjaga, dan tidak saling menyakiti. Lantas kenapa kita harus berbuat sesuatu yang hanya akan menimbulkan kekecewaan antara satu dengan yang lain? Mengapa kita tidak sedikit berempati dengan apa yang dirasakan sahabat kita yang merupakan kaum minoritas. Mayoritas penduduk di Indonesia memang beragama islam, namun, bukan berarti kaum yang mayoritas itu bisa berbuat seenaknya terhadap kaum minoritas. Keluarga dari bapak saya kristen, bapak saya seorang mualaf, tapi ketika kami berada dalam satu situasi dimana kami menjadi kaum minoritas, mereka tetap memperlakukan kami dengan sangat baik, dengan penuh kasih. Karena itulah saya merasa sedih jika ada yang tindakan2 yang berbau provokasi SARA. Bayangkan saja jika kita hidup di Eropa, dimana kristen menjadi kaum mayoritas, dan muslim menjadi minoritas, saudara-saudara kita yang muslim pasti merasakan apa yang dirasakan umat kristiani di Indonesia. Bukankah ada baiknya jika sama2 saling berempati merasakan apa yang dirasakan jika itu menimpa kepada saya, jika itu menimpa anda, dunia akan lebih damai saya rasa. Tidak ada perselisihan, tidak ada saling menghujat, tidak ada peperangan. Karena yang didapat dari semua itu hanyalah kekecewaan dan air mata. Puaskah kita dengan pembenaran yang kita lakukan sedangkan disisi lain ada hati yang terluka. Semua agama mengajarkan untuk saling mengasihi antar sesama, semua agama mengajarkan kebaikan, semua agama melarang membunuh, semua agama melarang untuk saling menyakiti, saling menjelekkan satu sama lain.
Selamat natal untuk sahabat2 saya yang merayakan. Semoga kita semua tetap bisa hidup berdampingan dengan damai, dengan penuh kasih sayang, dengan penuh toleransi, dengan penuh rasa saling menjaga, saling melindungi, dan saling menguatkan. Salaam.^^
No comments:
Post a Comment