Semalam saya bermimpi tentang seseorang. Mimpi yang sebenarnya seringkali sama, tapi dalam waktu yang berbeda. Saya selalu bermimpi dia bersama seorang wanita dan itu jelas sekali bukan saya. Saya tidak tahu mengapa dia masih mengendap di pikiran saya. Saya sudah berusaha menghilangkan semua tentang dia di hati saya. Tapi rasanya, itu tidak mudah seperti saya harus memilih memakai sepatu flat atau heels. Banyak sekali waktu yang saya lewatkan bersamanya. Mungkin wajar jika dia masih membayangi hidup saya. Sampai sekarang, semua password email, blog, data kantor, dan banyak lainnya, saya masih menggunakan nama panggilannya. Saya pikir, yasudahlah, toh sudah terlanjur seperti itu. Lagipula apa lantas ketika saya mengganti semua password itu dengan nama lain, saya bisa benar2 melupakannya?
Saya masih menyimpan semuanya. Fotonya, semua pemberiannya, nomor handphonenya, whatssapnya. Saya tidak menghapusnya seperti yang dulu saya lakukan. Saya tidak membakar atau membuang apapun. Bukan karena saya masih mengharapkan dia kembali lagi pada saya, sedikit sekali harapan itu di hati saya. Karena percuma, setinggi apapun harapan saya padanya, dia tetap tidak akan memilih saya. Rasanya, seperti sudah mati rasa. Saya tidak tau bagaimana kabarnya, saya juga tidak mau tau dan mencari tau semua itu. Sudah cukup. Saya lelah mengejarnya. Dan saya memutuskan untuk berhenti, dan memilih menunggu siapapun yang datang menjemput saya.
Saya cuma bisa berdoa semoga dia selalu baik2 saja dan menjalani hidupnya dengan baik. Saya berdoa semoga dia tidak menjadi seorang pria pengecut di depan wanita selain saya. Saya berdoa smoga nama dia, semua tentang dia lenyap dari hati dan pikiran saya. Saya berdoa semoga apa yang pernah kami lalui bersama, cukup untuk sebuah kenangan dan pembelajaran untuk kami. Aku berdoa semoga Tuhan menyembuhkan setiap luka yang menggores hati saya. Karena saya bukan wanita tegar seperti yang mereka bayangkan, saya bukan wanita kuat. Saya rapuh, saya hanya wanita yang senantiasa bersembunyi dibalik senyum yang ceria.
Menyebut namanya saja sebenarnya terasa berat untuk saya. Yasudahlah, kemaren saya sudah biasa pada kenangan tentangnya, dan sekarang, sayapun harus bisa membiasakan diri untuk biasa tentangnya. Membiasakan diri untuk menghapus semua khayalan saya tentangnya, menghapus semua mimpi yang pernah saya bagi bersamanya, tidak perlu terlalu cepat, toh saya merasa Tuhan masih berbaik hati memberikan saya waktu yang lebih lama pada saya, sedikit demi sedikit saja. Karena saya juga tidak akan memaksa terlalu keras hati saya untuk menghilangkan jejaknya.
Untuk dia yang mungkin tidak akan pernah membaca tulisan saya, terima kasih untuk semuanya.^^
No comments:
Post a Comment