Mencintaimu begitu menyakitkan sekarang untukku. Setiap detik aku selalu diliputi kecemasan yang tak kunjung berakhir. Seperti mimpi buruk yang selalu membangunkanku setiap malam. Aku terlalu cemas memikirkan benarkah kau akan datang seperti yang aku impikan. Aku terlalu berharap kau akan mewujudkan setiap untaian mimpi yang senantiasa aku ceritakan padamu. Disetiap ketegaranku, tahukah kau bahwa hatiku seperti istana pasir yang sedikit sentuhan saja bisa menghancurkannya? Disetiap kesabaranku menantimu, tahukah kau bahwa aku harus berperang melawan hasratku untuk pergi meninggalkanmu? Disetiap keceriaan yang ku buat untukmu, tahukah kau bahwa beberapa malam kugunakan untuk menangisimu?
Aku mencintaimu. Sungguh. Tapi haruskah mencintaimu selelah ini? Haruskah untuk benar-benar mendapatkan kesungguhanmu aku harus melewatkan hampir 5 tahun yang semakin melelahkan ini?
Kadang aku merasa, tidak pantaskah aku untuk diperjuangkan? Tidak pantaskah aku untuk menjadi seseorang yang spesial? Tidak pantaskah aku untuk dijadikan seseorang yang dibanggakan?
Rangkaian kata dari Ramadhan a.k.a Utin
Dut, sejak aku mengenalmu, aku tak mampu memuji lagi.
Apapun menjadi biasa dan wajar karena kecantikanmu menjadikan apapun pucat.
Aku seperti tak pernah menua karena waktu membeku saat engkau tersenyum dan ombak menenang takut mengusik kemerduan sapamu kepadaku.
Bagiku kesempurnaan tak cukup menggambarkan dirimu.
Dut, ku tahu kau tak mungkin bisa mengerti kedalaman cintaku kepadamu, tapi cukuplah kau pandangi permukaannya saja pada wajahku yang menghamba kepada kebahagiaanmu.
Engkau cintaku, aku cintamu.
Engkau hidupku, aku hidupmu.
Kita satu dan tak terpisahkan.
Aku akan menjadi laki-laki termulia dan terbahagia di alam ini, jika engkau bersedia menerima permintaanku, agar engkau menjadi pendamping kehidupanku, sebagai wanita kemuliaan hidupku, sebagai ibu dari anak-anakku, dan sebagai pemelihara dari kebesaran nama keluarga kita.
Aku mencintaimu dan tak mampu hidup tanpa cintamu.
WILL YOU MARRY ME?
Kau tahu aku hanya bisa tersenyum dan menangis ketika membaca rangkaian kalimat yang indah itu. Aku tersenyum karena kau masih dan selalu saja mampu memenangkan hatiku. Tapi aku juga menangis karena aku takut jika rangkaian kata itu tidak seindah kenyataannya.
Untukmu yang selalu membuatku menunggu:
Tolonglah, kali aku mohon padamu, tolong perhitungkan lelahku, tolong perhitungkan air mataku, tolong perhitungkan kesungguhanku padamu.
I LOVE YOU
ciehhhhhhhhhhhh
ReplyDeletesoswit dehhhhhhhhhhhh
oom mana pernah gini. #envy#
hihiii.. yang penting mah realisasinya mba, cuma ngemeng begitu mah gampang. kalo si om keknya tipe2 orang yang ga suka banyak ngemeng tapi tindakan ya mba. hiduuup si ooom. tuh om aku belain, mana kadonya buat akuu. ahooi.^^
Delete