Hujan masih saja mengguyur kota Kudus. Saya langsung teringat kondisi mereka yang masih terjebak banjir di jalan. Mereka sama parahnya dengan para pengungsi yang sekarang berada di tempat-tempat sudah disediakan. Tadi malam bapak sudah memesan nasi, sehingga pagi ini bisa langsung diberikan kepada para pengungsi yang kebetulan ditempatkan di balai desa daerah saya. Biasanya ibu selalu memasak sendiri jika kami diminta menyumbang makanan seperti itu. Dan untuk memasak seperti itu saya tidak mampu, pertama karena saya malas, kedua karena masakan saya belum teruji kelayakannya di lidah orang lain, selain bapak dan Mandhung tentunya, karena setidak enak apapun, mereka tetap memakannya. Saya berpikir, bagaimana kalau kita memberi nasi bungkusan ke para pengguna jalan yang terjebak. Tapi kemudian saya sadar diri, saya belum mampu untuk melakukan tindakan seperti itu. Jujur saya tidak punya biaya, dan rasanya tidak adil juga jika hanya sedikit yang diberi sedang yang lain tidak. Jadi maaf, saya memang tidak bisa berbuat terlalu banyak. Semoga saja, banyak yang membaca tulisan saya ini dan tergerak hatinya untuk memperhatikan nasib pengguna jalan yang masih terlantar di sepanjang jalan khususnya di jalan lingkar, karena disana minim fasilitas.
Setelah sarapan bersama, Mandhung berangkat ke tempat kerjanya. Semoga saja semuanya lancar, Mandhung bisa mendapatkan bensin yang semakin langka disini. Saya tidak pernah membayangkan Kudus akan menjadi seperti ini. Dahulu, saya hanya melihat kondisi seperti ini di televisi, dan ternyata, saya mengalaminya sendiri. Subhanallah.
Saya dan bapak memutuskan untuk melihat keadaan sekitar tempat tinggal kami. Dibawah guyuran hujan, kami menyusuri sepanjang jalan kampung. Air semakin tinggi, sebetis orang dewasa. Hanya saja, tidak sampai masuk ke dalam rumah penduduk, karena memang rumah disini dibangun agak tinggi dari jalan. Saya bersyukur, setidaknya kami beruntung dibanding saudara kita yang sampai mengungsi karena rumahnya terendam banjir. Dan dapat disimpulkan bahwa daerah Getas Pejaten, aman. Alhamdulillah..
Hujan belum juga berhenti. Saya khawatir kondisi seperti ini akan memperparah keadaan. Karena akses keluar dan masuk kota Kudus benar-benar lumpuh total. Kami benar-benar merasa terisolir. Pasokan bahan bakar sudah mulai langka, dan mungkin jika terus seperti ini, pasokan bahan makanan juga bisa menjadi sulit. Semoga hal itu hanya ada di bayangan saya dan tidak menjadi kenyataan.
Setiap kejadian pasti menyimpan berkah. Hujan seperti itu, bisa juga menjadi berkah untuk mereka yang suka memancing, untuk para penjual makanan atau minuman di sepanjang jalan lingkar, menjadi berkah untuk penjual gantungan baju. Dibalik semua ini, semoga Tuhan menyediakan sesuatu yang indah untuk kita semua. Aamiin.
Saalaam.
No comments:
Post a Comment