Sunday, January 19, 2014

I'm BaCk

Assalamualaikum ibu..
Ibu, malam tadi aku sampai di Kudus. Aku dan bapak berangkat jam setengah 4 sore bu. Dan tiba di Kudus jam 10 malam. Ibu, aku kembali, tidak ada yang berubah denganku bu, aku tetap anak ibu yang rapuh dan cengeng. Tapi aku kan sudah berjanji pada ibu untuk tetap kuat dan tegar. Jadi, sebisa mungkin aku akan menepati janji itu.
Ibu, kemaren Dhoni sudah resmi menikah. Aku bahagia bu. Tapi sepanjang prosesi ijab kabul aku menangis. Kata bapak, aku tidak boleh menangis, semua pasti sudah ada jalannya. Aku sedih ibu, bagaimana kalau aku menikah nanti, bapak dan ibu kandungku sudah meninggal, aku tahu, ibu dan bapak pasti selalu melihatku dari sana, tapi rasanya pasti sangat sulit dan sakit bu. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana sedihnya aku nanti, yasudahlah, tidak usah dipikirkan sekarang. Allah teramat sayang padaku, pasti Dia menyiapkan kejutan yang indah untukku nantinya. Ada adek yang menjadi waliku, ada bapak dan budhe Atik yang akan menemaniku berdiri di panggung, ada keluarga besarku yang pasti akan berlapang dada membantu mengurus semua keperluan menikahku. Ibu, aku ingat perbincangan kita tentang pernikahanku nantinya, ibu ingat tidak, ibu kan bilang kalau ibu akan mengurus semuanya, sekarang, ibu tinggal terima beresnya saja ya bu, ibu tinggal menggenggam tanganku saja. Walaupun aku tidak tahu kapan datangnya hari itu atau mungkin hari itu tidak akan datang padaku, tapi aku tetap berharap Allah mengirimkan dia untukku ibu, dia yang bisa menghapus semua kesakitanku, yang mau menerima bukan saja aku, tapi aku dan kelurgaku, dan semua kekurangan kami. Ibu dan bapak disana juga ikut mendoakanku ya. Oh, iya, aku kemaren juga melihat bapak dan ibu tersenyum padaku, jelas sekali, kalian memakai pakaian warna putih. Ibu tahu, itu merupakan kekuatan untukku. Terima kasih ya pak, bu.
Kemaren, hape aku rusak ibu, jadi di pernikahan Dhoni, aku tidak punya satupun photo di hape. Lagipula Mandhung kan tidak ikut bu, mana ada yang memphotoku. Mandhung sedang menunggu panggilan kerja bu, doakan dia ya bu, semoga cepat mendapat pekerjaan. Kata Mandhung, dia mau mengumpulkan hasil kerjanya, dia ingin kuliah dengan uang hasil keringatnya. Maaf bu, sekarang aku tidak bisa membantu, nanti kalau aku sudah bekerja yang mapan, aku pasti mengupayakan yang terbaik buat Mandhung. Dia kan pria bu, nantinya akan jadi kepala keluarga, jadi mulai sekarang, kami harus mengokohkan dia. Agar nantinya, dia akan menjadi kepala keluarga yang kokoh, kuat, dan bertanggung-jawab. Resepsi kemaren di adakan di gedung yang dekat dengan balai kota bu. Aku lupa nama gedungnya. Tapi semuanya berlangsung megah dan meriah. Semuanya tampil cantik. Aku juga cantik bu. Waktu acara seserahan, aku memakai kaftan hitam punya Mbah Yayi, katanya itu asli dari Mekah, yasudahlah, asli dari manapun juga yang penting aku ada baju untuk acara itu. Aku hanya membawa satu baju ibu, niatnya kami akan langsung pulang, tapi ternyata, acaranya Jum'at dan Sabtu, untung baju Mbah muat aku pakai. Aku cantik bu. Sayang, tidak ada photonya. Kata Mbah seperti encik saja. Kan memang kita keturunan Arab ya bu. Tapi luntur. Hihii.. Aku bisa make-up sendiri sekarang bu. Dulu kan aku bisanya me-make-up orang lain, sekarang aku bisa mengaplikasikan pada wajahku sendiri. Aah, ibu, aku menyesal hape aku rusak. Padahal aku kan cantik dengan riasan seperti itu bu. Kata saudara-saudara, aku mirip sekali dengan ibu, ya jelaslah, aku kan anak ibu, kalau tidak mirip ibu mau mirip siapa aku. Hari kedua, aku memakai baju hijau yang terakhir ibu pakai ziarah ke Sunan Demak. Stocking hitam. Pumps kuning. Tas ibu juga aku pakai. Pokoknya semua punya ibu, jadi punyaku ya bu. Aku minta ijin ibu, baju-baju, tas, semuanya, aku pakai ya bu.
Ibu, aku semakin heran dengan orang-orang disekitarku. Why is everybody so serious, acting so damn mysterious. Aku benci dengan orang-orang yang seperti itu ibu. Yang membesar-besarkan masalah, yang selalu menganggap bahwa suatu masalah itu selamanya akan tetap menjadi masalah. Ibu, doakan aku ya, agar aku tidak menjadi manusia sempit dan penuh rasa curiga seperti itu. Ibu, ibu kan pernah bilang, bahwa setidaknya di hati kita jangan selalu dipenuhi rasa curiga, itu akan membuat hati kita tidak tenang, karena selalu dihantui oleh rasa itu. Sekarang, aku akan mencoba menerapkan dalam hatiku ibu. Aku juga capek, kalau harus curiga, berburuk sangka, menduga-duga, banyak hal yang bisa aku lakukan tanpa semua rasa itu kan bu?
Ibu, besok rumah ibu akan dijual, maaf ya bu, gara-gara aku jadi begini, tapi, mungkin ini yang terbaik ibu, jadi, sementara kita mengumpulkan uang yang lebih banyak, kita akan mengontrak dulu bu, lalu sedikit demi sedikit kita akan menabung. Sampai uangnya banyak terkumpul, kita akan membeli rumah lagi, agar ibu senang, agar ibu tidak kepikiran disana. Ibu, kami semua baik-baik saja. Ibu tenang ya. Kami saling menguatkan. Ibu jaga saja kami. Semuanya baik-baik saja ibu. Aku janji, semuanya pasti baik-baik saja. Aku ingin seperti ibu yang selalu memastikan keluarganya baik-baik saja.
Ibu, aku suka sekali menulis, aku tahu, ibu juga suka menulis, aku dulu pernah baca tulisan-tulisan ibu. Aku baru sadar kalau semua yang ada pada ibu menurun padaku. Ibu, kita sama, kita lebih nyaman dengan tulisan daripada dengan berbicara. Tulisan itu lebih jujur untuk kita, iya kan bu. Aku suka menulis, sangat suka menulis bu. Makanya aku memilih blog untuk mencurahkan cerita hidupku. Menuliskan apapun yang aku pikirkan, aku rasakan, aku harapkan, aku impikan. Semua orang punya caranya sendiri kan bu untuk bercerita, lantas kenapa terkadang adanya blog menjadi sebuah masalah. Bukankah Indonesia salah satu negara yang demokratis, yang setiap warga negaranya mempunyai hak untuk bersuara, lantas mengapa kebebasan bersuara seperti itu sepertinya menjadi momok untuk beberapa pihak. Bukankah setidaknya sebuah suara, cerita, dsb harus disikapi dengan bijak. Dengan pikiran yang luas. Dengan mengetahui apa yang memang sedang diceritakan, bukan berpikir yang tidak-tidak. Ibu, kalau aku boleh bilang, manusia yang seperti itulah manusia yang malas berpikir. Mereka kan diberi karunia akal dan pikiran, itulah yang seharusnya digunakan untuk mencerna, bukan menelan mentah-mentah sebuah tulisan atau cerita. Semoga aku bukan salah satu dari mereka ya bu. Ibu, sudah dulu ya. Aku mau bersiap dulu. Tetangga kita ada yang mengkhitankan putranya. Aku dan Mamak sudah janjian untuk datang bersama ke acara tersebut. I love u ibu.
Wassalamualaikum..

No comments:

Post a Comment