Assalamualaikum bu..
Ibu, pagi2 tadi bapak sudah mencuci semua baju yang menumpuk. Dari ibu sakit kan kita belum mencuci ya bu. Tadinya sih mau bawa ke laundry, tapi, kata bapak, kita harus tetap melakukan apa yang biasa ibu lakukan. Tadi aku membantu bapak bu. Menjemur pakaian. Aku kasih softener 3,5 takaran tutup. Wangi bu. Ibu tau kan, kalau aku suka sekali baju yang wangi. Aku belum bisaa menjemur serapi ibu. Aku sampai mengulang berkali-kali, agar setidaknya bisa sedikit sama seperti ketika ibu menjemur, ternyata aku belum bisa. Tadi aku menangis lagi bu, kata bapak aku harus tegar. Ibu, semua orang berkata aku adalah tiang di keluarga ini, ibu, aku bukan tiang bu, aku hanya kayu lapuk, kenapa semua orang mengiraku sekuat dan setegar itu bu, aku bisa apa tanpa ibu. Yaa Allah bu, aku tidak sekuat itu. Yaa Allah.
Ibu, aku belum menyiapkan sarapan untuk bapak, adek, dan mbah. Biasanya kalau ada ibu, jam segini, kita sudah duduk bersama sarapan. Aku belum bisa memasak bu, masakan yang enak2 seperti ibu. Bapak sedang menanak nasi, adek masih bobo bu, semalam dia tidak bisa bobo, aku tidak menemaninya, aku takut menangis bersamanya. Jadi aku bobo aja. Alhamdulillah, semalam aku bobo dengan nyenyak bu. Makasih ya bu sudah menjaga kami tadi malam. O, iya bu, dari kemaren aku selalu memakai baju ibu. Itu, gamis putih buat mengantar ibu ke makam, gamis ungu buat pengajian, nanti sore, aku pake lagi baju ibu boleh ya. Kata bapak, baju ibu jangan dikasihkan orang, taroh di lemari seperti biasanya saja. Tapi boleh kalo aku pakai. Aku kan anak ibu, jadi boleh ya bu bajunya dipakai.
Ibu, mbah gulanya naik, bobotnya turun 2 kg. Bobot aku tetap sama bu. Aku tetap gendhut seperti ibu.
Ibu, aku harus bagaimana bu? Mbah tadi bilang, setelah ini kalau bapak menikah lagi gimana? Ibu, dalam keadaan seperti ini, kenapa mbah berkata seperti itu. Ibu, terus nasib aku dan adek bagaimana? Kami sebatang kara bu. Ibu, ibu tolong bilang sama bapak ya bu, bapak jangan menikah lagi ya bu. Aku takut bu. Aku takut mendapatkan ibu yang tidak seperti ibu, aku takut bu.
Awal tahun ini sungguh berat untukku bu. Banyak yang meninggalkanku. Bu, ibu masih ingat tidak, ada yang mau mengajakku menikah awal tahun ini, tapi ternyata itu cuma omong kosong bu. Aku sakit hati bu, tapi, sakitnya tidak sesakit sekarang, ini jauh lebih sakit bu. Nyeri. Sesak disini bu. Di hati. Ibu, malam nanti, pegang hatiku ya bu. Agar besok pagi, ketika rumah sudah semakin sepi, aku tidak merasakan sakit yang begitu sangat. Pegang juga hati adek dan bapak ya bu. Agar mereka juga tidak sakit seperti aku. Pegang kuat mereka bu. Karena pada mereka aku menyandarkan hidupku. Ibu dekat kan dengan Allah, ibu sudah disamping Allah kan ya. Ibu tenang ya disana. Aku baik2 saja bu.
Besok kalau aku panjang umur dan berkesempatan mempunyai anak, ibu yang ngawasi anak2ku ya. Padahal, teman2ku selalu bilang, aku enak ada ibu, nanti kalo aku punya anak, anak2ku pasti dirawat dengan baik, melebih jauh seperti ibu merawat Kevin. Tapi ternyata Allah sayang sama ibu. Allah tidak mau ibu direpotkan aku. Maaf ya bu. Selama ini ternyata aku sangat merepotkan ibu.
Semua kebutuhan rumah sudah mulai habis bu. Aku belum belanja. Biasanya aku memang belanja sendiri. Aku kan seneng belanja sendiri. Kalau sama ibu biasanya suka boros. Padahal, aku ya bu yang boros, bukan ibu, maaf ya bu. Nanti kalo aku belanja, ibu ikut ya. Ibu silakan ambil semua yang ibu mau. Tapi, sudah ga bisa ya bu. Yasudah, ibu ikut saja, nanti aku sama bapak atau adek saja. Aku akan membeli semua yang biasa ibu mau beli.
Bu, rahang kanan aku sakit sekali bu. Dari rahang sampai leher sebelah kanan bu. Kenapa ya bu? Tapi ga seberapa sakit.
Ibu, sudah dulu ya, aku mau menyiapkan sarapan. Telor ceplok aja deh sama mie. Kita belom boleh masak sayur, katanya nanti ibu kebanjiran disana. Semoga aja Allah menyiapkan rumah yang bagus ya bu buat ibu, biar ibu ga kebanjiran, biar ibu disana senang. Dadah ibu, i luv u.
Wassalamualaikum..
No comments:
Post a Comment