Wednesday, January 22, 2014

PRay foR KudUs

Tahun ini adalah banjir terparah di Kudus menurut saya. Dan hari ini saya memang sengaja menyempatkan diri untuk berkeliling melihat dengan nyata bagaimana kondisi sebenarnya. Dari rumah saya melaju menuju daerah Tanjung. Hari ini matahari mulai menampakkan dirinya. Sepanjang perjalanan, hanya ada sisa-sisa air yang tergenang. Jalan bisa dilewati, hanya saja begitu sampai jalan lingkar, jalan menuju arah Undaan sudah ditutup, air masih setinggi lutut orang dewasa. Dan disepanjang jalan di daerah Tanjung itu, rumah-rumah di sisi kanan dan kiri jalan masih terendam air. Ada yang cuma sebetis, ada juga yang sampai lutut orang dewasa. Semoga langit masih bersahabat dan tidak menumpahkan airnya. Banyak orang yang melihat disepanjang jalan. Sama seperti saya, saya juga heran sebenarnya apa yang ada di otak kami sehingga menjadikan bencana sebagai tontonan, bahkan banyak juga yang mengabadikan lewat kamera. Kita ambil positive nya saja, kami ingin melihat kondisi saudara-saudara kami, kami ingin mempublikasikan kondisi mereka, mungkin ada malaikat tanpa sayap yang mau mendermakan sedikit hartanya untuk mereka.
Saya tidak mungkin menerobos genangan air yang masih tinggi itu, saya langsung memutar arah hendak menuju terminal Kudus. Sepanjang perjalanan kesana, kendaraan yang didominasi oleh truk, kemudian bus, lalu mobil pribadi dengan berbagai plat nomer mengular sampai depan gedung haji Kudus (JHK ), astaga, sudah separah ini. Saya tetap melanjutkan perjalanan saya. Sampai depan SMP 2 Jati, jalan sudah ditutup. Kendaraan banyak yang terendam banjir. Dan akses penyebarangan dari Kudus ke Karang Anyar memang lumpuh total. Saya mencoba bertanya kepada bapak yang ada disitu, bagaimana caranya saya bisa sampai di pool Nusantara yang letaknya beberapa ratus meter setelah jembatan. Bapak itu menyarankan agar saya kembali saja karena tinggi air disana seperut orang dewasa. Jalan satu-satunya ditempuh dengan jalan kaki atau naek gerobak ojek. Setelah berterima kasih, saya langsung putar balik menuju rumah salah satu teman saya di daerah Damaran. Saya mengambil rute melewati jembatan Ploso. Ternyata, jembatan tersebut ditutup karena ambrol di tepinya. Saya kemudian memutar lagi mencoba melewati jembatan Gedung Paso. Jembatan bisa dilalui hanya saja macet yang begitu panjang membuat saya memutar arah lagi. Kudus tiba-tiba berubah seperti kota metropolitan dengan kemacetannya. Saya mengambil arah melewati jembatan Kali Gelis dekat Menara Kudus. Frekuensi kendaraan didaerah situ tidak sepadat daerah sebelumnya, mungkin karena jalan yang lebih lebar. Akhirnya saya sampai di tumah teman saya Titik. Dia bercerita bahwa semalam warga harus membuat tanggul untuk mencegah banjir masuk ke daerah tersebut. Syukurlah, mereka aman dari banjir. Setelah istirahat, saya melanjutkan perjalan saya ke daerah Gebog. Tidak terlalu jauh, sebelum pertigaan arah Jurang saya sudah putar balik. Jalan utama tidak ada genangan air. Sejauh mata saya melihat hanya sawah yang masih tergenang. Situasi aman. Saya melewati daerah Panjang. Aman. Hanya saja begitu saya melewati jembatan Niagara ( saya menyebutnya seperti itu ) arus airnya deras sekali, saya tidak bisa membayangkan bagaimana kalau sampai meluap. Semoga hujan tidak turun lagi. Saya terus melaju melewati UMK, Dersalam, dan terus sampai SMA 1 Bae, saya memutar arah melewati Megawon kemudian menuju Mejobo. Jalan-jalan sudah kering, syukurlah. Sampai di kantor sekretariat partai Hanura Mejobo, saya memutar arah karena genangan air setinggi betis orang dewasa ada di depan saya. Banyak kendaraan yang putar balik, kecuali mungkin warga yang memang berdomisili disitu, mereka tetap menerjang banjir. Saya memutar menuju jalan lingkar. Dan sepanjang jalan lingkar hampir sebagian besar didominasi truk-truk besar berdiam diri disana. Kanan kiri jalan seperti danau buatan. Rumah penduduk masih tergenang air. Dan sepertinya, hampir semuanya sudah diungsikan karena ketinggian air yang mungkin satu meter. 
Di tengah perjalanan saya berpikir. Bagaiman nasib mereka yang terjebak di jalan. Saya yakin para pengungsi sudah berada di tempat yang aman, saya juga yakin pemerintah pasti mengusahakan bantuan untuk mereka, dan saya juga yakin banyak para dermawan yang mengulurkan tangannya untuk mereka. Tapi bagaimana nasib mereka yang terjebak. Sopir truk, kernet, sopir bus, penumpang bus, mobil pribadi. Tidak ada mini market disana, warungpun hanya beberapa. Dan kebanyakan tutup. Kalaupun ada asongan yang jual, mungkin harganya sedikit lebih mahal. Iya kalau persedian uang mereka cukup, kalau tidak? Sedangkan mereka tidak tahu sampai kapan berada di tempat seperti itu. Mungkin bukan hal yang baru lagi untuk mereka berada di dalam kondisi seperti ini, tapi mereka juga butuh bantuan kan. Dan sayangnya saya tidak mampu membantu mereka. Saya hanya bisa berdoa, semoga semuanya kembali normal dan lancar. Saya berdoa semoga ada dermawan baik hati yang juga memikirkan kondisi mereka. Karena mereka juga perlu bantuan. Mungkin hanya sekedar kopi atau air minum atau sebungkus roti, saya rasa itu berarti buat mereka. Dan semoga apa yang terjadi menjadi suatu instropeksi untuk kita atas apa yang memang selayaknya harus dibenahi. Saya yakin Tuhan memberikan sesuatu yang indah dibalik semua ini. Aamiin..
Salaam..

No comments:

Post a Comment